Pembelajaran Literasi Bahasa Indonesia
TEKNIK PEMODELAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN
MEMBACA PUISI
Latar Belakang Masalah
Membaca adalah salah satu bentuk komunikasi
secara langsung. Dengan membaca orang akan berusaha memahami isi yang tekandung
dalam bacaan yang dibacanya. Salah satu keterampilan membaca di sekolah dasar
adalah membaca teks puisi anak dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi,
dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Membaca puisi yang baik
untuk anak sekolah dasar dilakukan dengan irama, volume suara, dan mimik gerak
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (Sukirno: 2017: 239).
Kemampuan membaca puisi anak ditentukan oleh beberapa faktor yang ada
pada saat pembelajaran berlangsung, salah satunya pendekatan pembelajaran yang
digunakan, strategi, metode dan teknik pembelajaran serta media yang digunakan.
Oleh karena itu peranan guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Saat membaca
puisi diperlukan beberapa kemampuan diantaranya adalah kemampuan untuk memahami
isi puisi yang dibaca, kemampuan pemilihan irama yang sesuai, kemampuan
mengontrol volume suara dan kemampuan pemilihan mimik gerak yang sesuai dengan
isi puisi.
Saat membaca puisi, siswa belajar bagaimana mengapresiasikan sebuah karya
sastra yang berupa perasaan, gagasannya melalui komunikasi lisan secara puitis.
Guru membantu siswa untuk memahami isi puisi yang hendak dibaca sehingga siswa
dapat membacakan puisi dengan irama, volume suara, mimik gerak yang sesuai
dengan isi puisi. Dengan kata lain, saat membaca puisi diperlukan beberapa
kemampuan diantaranya adalah kemampuan untuk memahami isi puisi yang dibaca,
kemampuan pemilihan irama yang sesuai, kemampuan mengontrol volume suara dan
kemampuan pemilihan mimik gerak yang sesuai dengan isi puisi.
Dari hasil pengamatan pembelajaran yang berlangsung di kelas II MI
Muhammadiyah Kranggan, menunjukkan permasalahan yang ditemukan pada saat
pembelajaran bahasa Indonesia, terutama materi membaca teks puisi. Lebih dari 50%
siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran membaca puisi. Hal ini tampak
dari rendahnya kemampuan siswa dalam membaca puisi, saat tampil di depan kelas,
siswa cenderung masih malu-malu dan tidak percaya diri untuk menunjukkan
ekspresinya dalam memperagakan puisi.
Dalam prosesnya, guru sebagai contoh atau model tunggal dalam
pembelajaran membaca puisi, ternyata kurang menjadi inspirasi bagi peserta
didiknya, siswa kurang memperhatikan guru saat memperagakan pembacaan puisi, sehingga
guru mencoba untuk menunjuk beberapa siswa yang memiliki kemampuan membaca
puisi lebih baik dari yang lainnya untuk menjadi contoh / model. Dan hasilnya
memang tampak sekali, bahwa siswa cenderung lenih memperhatikan temannya
sendiri saat memperagakan puisi ketimbang memperhatikan gurunya.
Dari sini kemudian guru mencoba untuk menerapkan teknik pemodelan dengan teman sebaya. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya sebuah pembelajaran adalah penggunaan teknik pembelajaran. Hal tersebut juga berlaku bagi pembelajaran bahasa Indonesia dalam kegiatan membaca puisi. Pemilihan teknik yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah adalah anak yang aktif dan masih senang berinteraksi dengan teman sebayanya dan senang mengajarkan kemampuan yang dimilikinya kepada teman sebayanya.
Teknik ini dapat membantu siswa dalam belajar membaca puisi secara
efektif. Siswa secara langsung dapat berinteraksi dan mengamati teman sebayanya
yang memiliki kemampuan yang baik dalam membaca puisi, sehingga siswa dapat mengikuti
dan meniru kemampuan temannya dalam membaca puisi. Teknik ini digunakan untuk
merangsang motivasi siswa dalam kegiatan membaca puisi. Selain itu, proses
belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan bagi siswa
karena siswa dapat terlibat dalam pembelajaran dan belajar dengan teman
sebayanya.
Landasan Teori
Puisi adalah sebuah karya sastra yang menitikberatkan pada keindahan bahasa
dan memiliki sebuah makna tertentu. Puisi bisa juga sebagai bentuk curahan ide,
gagasan dan isi hati seseorang yang menggunakan keindahan bahasa agar mampu
menyentuh hati pembacanya. Waluyo (2005: 1) mendifinisakan puisi sebagai sebuah
karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama
dengan bunyi yang padu
dengan pemilihan kata-kata kias/imajinatif.
Puisi menurut Sayuti (2002: 12)
adalah hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang
mempunyai makna. Menurut Supriyadi (2006:111), manfaat membaca puisi di sekolah
dasar adalah untuk belajar mengapresiasi sebuah karya sastra. Bentuk apresiasi
tersebut dapat diwujudkan kegiatan mendengar serta memahami sebuah puisi,
mendeklamasi, membaca dan menulis puisi anak.
Aftarudin (1984: 24) mendefinisikan membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan
hasil-hasil sastra (puisi) dengan bahasa lisan. Membaca puisi biasa dilakukan
dengan membaca nyaring atau biasa dilakukan dengan mendeklamasikannya. Oleh
karena itu, kegiatan membaca puisi harus dilakukan dengan gerak dan mimik yang
sesuai dengan isi puisi. Pembaca puisi tidak hanya bertugas membacakan puisi
atau melisankan kata-kata saja, namun ia juga harus menyampaikan pesan dan
mengekspresikan perasaan penulis dengan tepat.
Dalam membaca puisi hendaknya pembaca memerhatikan hal-hal berikut: (1) memaknai
puisi secara utuh, (2) memerhatikan pengucapan lafal, tekanan, dan intonasi
penyampaiannya.
Menurut Wijayanto (2002: 44-47) faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca puisi adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan memanfaatkan alat ucap sebagai alat komunikasi sudah sering
dilakukan. Akan tetapi, memanfaatkannya untuk mengekspresikan puisi yang
dibacakan merupakan masalah yang tidak mudah, pembaca harus lebih dahulu
memahami puisi yang dibacanya.
2.
Penguasaan faktor kebahasaan yaitu kemampuan dalam pelafalan kejelasan
suku kata dan bunyi yang sesuai dengan jiwa dan tema puisi.
3.
Penguasaan faktor non kebahasaan yaitu sikap mampu percaya diri dan
tenang, Kedua sikap tersebut membuat pendengar menaruh kepercayaan terhadap
seseorang yang membacakan puisi.
Materi pembelajaran membaca puisi di Madrasah Ibtidaiyah kelas II semester Genap diarahkan pada Tema 5
“Pengalamanku”, subtema 3 “Pengalamanku di Tempat Bermain” dengan kompetensi
dasar 4.5 yaitu Membacakan teks puisi
anak tentang alam dan lingkungan dalam bahasa Indonesia dengan lafal, intonasi,
dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Dalam tujuan pembelajaran
ini, siswa diharapkan dapat membaca puisi tentang “Matahariku” dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Menurut Sanjaya (2006: 268) dalam pembelajaran membaca puisi, siswa yang
pernah menjadi juara dalam membaca puisi atau memiliki nilai yang baik dalam
membaca puisi dapat diminta untuk menampilkan kebolehannya di depan
teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Melalui
modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang
dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
Teman sebaya secara umum dapat didefinisikan sebagai sekelompok anak yang
memiliki usia yang sama. Santrock (2007: 205) mendefinisikan teman sebaya
sebagai orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Melalui
teman sebaya inilah anak-anak dapat menerima umpan balik atau dapat mengukur
tentang seberapa jauh kemampuan mereka dalam sebuah bidang.Dengan teman sebaya
anak akan belajar bagaimana menyatakan dan memadukan pendapat-pendapat yang
mereka miliki atau dengan kata lain anak akan lebih mudah belajar bersama.
Santrock (2007: 206) menegaskan bahwa memasuki usia sekolah dasar, sifat
timbal balik menjadi sangat penting dalam hubungan sebaya. Hubungan timbal
balik tersebut memungkinkan siswa akan dapat saling membantu dalam kegiatan
belajar khususnya dalam kegiatan pembelajaran membaca puisi. Anak akan belajar
bagaimana membaca puisi dari temannya yang ditunjuk sebagai model, sebagai
timbal baliknya siswa akan saling mengapresiasi memberi masukan dan menilai
bagaimana kemampuan teman-temannya dalam membaca puisi.
Fungsi teman sebaya menurut Yusuf (2007: 60) adalah untuk saling
belajar: 1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain, 2) mengontrol tingkah laku
sosial, 3) mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan dengan usianya,
4) saling bertukar perasaan dan masalah. Fungsi teman sebaya ini akan digunakan
siswa untuk mengembangkan keterampilan membaca puisi. Fungsi interaksi dan bertukar
permasalahan akan memudahkan interaksi siswa dengan temannya yang berperan
sebagai model, agar dapat mengembangkan keterampilan membaca puisi.
Dalam pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan teman sebaya,
langkah-langkah pembelajarannya menggunakan langkah-langkah pembelajaran CTL.
Hal tersebut dikarenakan CTL memiliki komponen modelling dalam langkah-langkahpembelajarannya.
kegiatan pembelajaran teknik pemodelan sesuai dengan langkah pembelajaran CTL
menurut Priansa adalah sebagai berikut (Priansa, 2017: 284-286):
1.
pembelajaran pendahuluan dengan kegiatan pretest. Guru melakukan pretest
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
siswa tentang materi pembelajaran yang akan diajarkan,
2.
penyampaian materi pembelajaran,
3.
penampilan peserta didik (modelling),
4.
pemberian umpan balik berupa pemberian kritik dan saran, dan
5.
kegiatan tindak lanjut berupa
kegiatan pengayaan dan remidial.
Pembahasan
Salah satu karya sastra yang diapresiasikan siswa sekolah dasar adalah
puisi. Penguasaan kemampuan membaca puisi yang baik di sekolah dasar tentu saja
akan meningkatkan kepekaan siswa dan merupakan salah satu wadah untuk mengekspesikan
ide atau gagasan. Teknik pemodelan teman sebaya merupakan teknik pembelajaran
yang mendorong partisipasi aktif siswa dan menggunakan beberapa langkah khusus
pemodelan dengan teman sebaya dalam kegiatan pembelajarannya.
Berdasarkan kendala yang dihadapi pada MI Muhammadiyah Kranggan adalah
kurangnya contoh atau model yang diberikan saat pembelajaran, maka guru
memutuskan untuk menggunakan teknik pemodelan teman sebaya sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi anak. Teknik ini dapat
membantu siswa dalam belajar membaca puisi secara efektif. Siswa secara langsung
dapat berinteraksi dan mengamati teman sebayanya yang memiliki kemampuan dalam
membaca puisi, dan siswa dapat mengikuti serta meniru kemampuan temannya
tersebut.
Teknik pemodelan teman sebaya ini digunakan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran membaca puisi dan untuk meningatkan kemampuan membaca puisi
pada siswa kelas II MI Muhammadiyah Kranggan. Melalui teknik ini siswa akan
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara langsung melalui model. Selain
itu pengetahuan yang didapatkan berasal dari lingkungan yang nyata atau
konstektual. Teknik ini digunakan untuk merangsang motivasi siswa dalam
kegiatan membaca puisi. Selain itu, proses belajar mengajar akan terasa lebih
hidup dan lebih menyenangkan bagi siswa karena siswa dapat terlibat dalam
pembelajaran dan belajar dengan teman sebayanya.
Suasana pembelajaran yang dibangun juga sangat menyenangkan dan memungkinkan
siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kemampuan siswa dalam menyusun
pengetahuannya sendiri juga akan bertambah, siswa yang berperan sebagai model
akan menyusun pengetahuannya secara sistematis agar dapat menyampaikan
pengetahuan tersebut secara jelas kepada temannya, kemudian siswa yang lain
akan menyusun pengetahuannya sendiri melalui peragaan yang dilakukan oleh
temannya (Sudjana, 2005: 156).
Teknik permodelan ini, selain meningkatkan pengetahuan siswa,
pembelajaran juga menjadi lebih aktif karena melibatkan siswa secara langsung
sehingga menjadi lebih menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa. Dalam teknik pemodelan
ini anak akan belajar melalui pengamatan yang efektif karena siswa diberikan
motivasi untuk menyimak model.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan teman
sebaya dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca puisi. Teknik ini dapat
membantu siswa dalam belajar membaca puisi secara efektif. Juga dapat digunakan
untuk merangsang motivasi siswa dalam kegiatan membaca puisi. Dengan teknik
pemodelan teman sebaya, kegiatan membaca puisi menjadi lebih menarik dan
menyenangkan.
0 komentar:
Post a Comment